Bupati Giri Prasta Serahkan Sertifikat WBTB Untuk Desa Adat Kapal dan Desa Adat Jimbaran

Dua tradisi di dua desa adat yang ada di Kabupaten Badung Provinsi Bali menerima sertifikat penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sertifikat diserahkan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta kepada Bendesa Adat Kapal dan Bendesa Adat Jimbaran bertempat di Wantilan Balai Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran Kuta Selatan, Jumat (4/3). Tradisi Siat Yeh di Desa Adat Jimbaran dan Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal Kabupaten Badung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia serta mendapat pengakuan secara nasional. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, saat ini sudah ada 13 WBTB yang dimiliki Desa Adat di Badung dan telah memenuhi syarat mendapatkan pengakuan secara nasional. Turut hadir mendampingi Bupati, Ketua DPRD Badung Putu Parwata, Kadis Kebudayaan I Gde Eka Sudarwitha, Camat Kuta Selatan I Ketut Gede Arta, Camat Mengwi I Nyoman Suhartana, Bendesa Adat Kapal Ketut Sudarsana, Bendesa Adat Jimbaran I Gusti Made Rai Dirga, koordinator pemuda peserta Siat Yeh I Komang Agus Wiweka dan undangan lainnya. Penyerahan sertifikat WBTB ini dilaksanakan pada saat hari raya Ngembak Geni dirangkaikan dengan pelaksanaan tradisi Siat Yeh yang di laksanakan warga jimbaran. Tradisi Siat Yeh atau perang air tetap digelar oleh warga Banjar Teba Kelurahan Jimbaran Badung dengan menerapkan protokol Kesehatan yang ketat. Tradisi ini mengandung filosofi penyucian diri menyambut tahun baru saka. Pada kegiatan penyerahan sertifikat WBTB ini Bupati Nyoman Giri Prasta secara pribadi juga memberikan bantuan dana total sebesar Rp 15 juta, masing- masing Rp 5 juta untuk kegiatan pelestarian Tradisi Siat Yeh di Desa Adat Jimbaran, Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal dan Pembinaan Sekaa Gong Wanita.

Dalam sambutannya Bupati Badung Nyoman Giri Prasta mengatakan, Pemerintah Kabupaten Badung  sudah berkomitmen dalam visi dan misi melalui Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) khususnya point keempat yaitu Adat, Agama, Tradisi, Seni dan Budaya. Ini diterapkan dan diaplikasikan semua serta berkoordinasi dengan pemerintah pusat dengan Kemenkumham dan Dirjen Kebudayaan Pusat tentang Hak Cipta, HAKI, dan WBTB. “Kami di Kabupaten Badung sudah ada 13 WBTB dan kita sudah sertifikatkan, begitu juga dengan warisan benda yaitu Pura, sudah ada kurang lebih 30 pura yang sudah disertifikatkan. Hari ini adalah rangkain daripada Hari Raya Suci Nyepi, yang pertama kita melaksanakan tawur pengerupukan, lalu perayaan nyepi dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian dan sekarang Ngembak Geni. Maka hari ini warga Jimbaran melaksanakan tradisi Siat Yeh dan di Desa Adat Kapal melaksanakan Kebo Dongol dan ini harus kita lakukan dan lestarikan. Saya pastikan desa adat yang ada di Kabupaten Badung yang memiliki tradisi, kedepannya akan kami berikan uang pembinaan. Kami di Pemerintah Kabupaten Badung akan memberikan bantuan dana minimal sebesar Rp 25 juta dan akan diberikan kepada masing masing bendesa maupun tokoh adat untuk keperluan pembinaan tradisi dan budaya tersebut dan ini wajib untuk dilaksanakan,” ujarnya.

Sementara Koordinator pemuda peserta Siat Yeh I Komang Agus Wiweka mengatakan, tradisi yang sempat terkubur karena pesatnya perkembangan jaman ini berusaha dibangkitkan kembali oleh masyarakat Jimbaran. Prosesi siat yeh diawali dengan mendak atau menjemput tirta air suci ke pantai timur di wilayah Suwung dan pantai barat di Jimbaran. Tradisi mendak tirta menggunakan lima kendi dari masing-masing tempat disesuaikan dengan pengurip-urip yaitu warna kuning dari barat dan putih dari timur. Tradisi siat yeh yang dilaksanakan di hari Ngembak Geni atau Umanis Nyepi ini mengandung filosofi pembersihan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka. Dalam situasi pandemi jumlah peserta Siat Yeh dibatasi hanya 25 orang saja untuk masing masing kelompok. Selain Siat Yeh, Desa Adat Jimbaran juga berusaha membangkitkan kembali tradisi lainnya yang sudah ada sebelumnya yaitu Tradisi Magegobog untuk mengusir energi negatif alam yang berlangsung saat hari Pengerupukan Nyepi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *